Baritoutarainfo.com, BARITO UTARA - Sorotan terhadap generasi muda mewarnai agenda pasangan calon Shalahuddin-Felix (S1F) dalam diskusi bertajuk “Peran Pemuda dalam Pembangunan Barito Utara” yang digelar di Posko Pemenangan mereka, Senin malam (21/7). Bagi S1F, keterlibatan pemuda bukan hanya retorika kampanye, melainkan kunci untuk membenahi fondasi daerah pasca-gejolak politik yang sempat mengganggu jalannya demokrasi.
Felix memulai diskusi dengan menyinggung potensi besar yang dimiliki Barito Utara melalui bonus demografi. Ia menilai, kehadiran pemuda dalam pembangunan tidak bisa sekadar simbolik.
“Pemuda harus hadir sebagai pelaku, bukan penonton. Banyak ruang yang bisa dimasuki—pendidikan, komunitas, bahkan ekonomi kreatif,” ujarnya.
Sementara itu, Shalahuddin mengangkat sisi historis. Ia mengingatkan bahwa pemuda telah membuktikan perannya dalam setiap babak penting perjalanan bangsa.
“Dari Sumpah Pemuda, Reformasi, sampai hari ini—kita butuh semangat yang sama. Apalagi dengan situasi politik belakangan ini, kita perlu revolusi mental,” ungkapnya.
Diskusi berkembang menjadi ajang penyampaian gagasan dari berbagai organisasi. Ketua KNPI Barito Utara, Ariel Rakhmadan, menyuarakan dua usulan: peningkatan anggaran bagi 32 OKP dan permohonan penggunaan Gedung KONI sebagai sekretariat baru. Ia menyebut gedung tersebut lebih layak dan mencerminkan eksistensi pemuda daerah.
“Kalau pasangan ini terpilih, kami berharap pemuda tidak hanya diberi ruang, tapi juga alat,” katanya.
Gagasan lain muncul dari aktivis PMII, yang mendorong agar pengabdian mahasiswa tidak terbatas pada Kuliah Kerja Nyata (KKN). Ia mengusulkan program kolaboratif seperti pelatihan keterampilan atau edukasi kesehatan berbasis komunitas.
Menanggapi hal ini, Shalahuddin menyambut baik ide tersebut dan menegaskan pentingnya dampak nyata dari setiap program. Ia menyampaikan bahwa penguatan anggaran kepemudaan adalah hal mungkin dilakukan, selama disertai transparansi dan akuntabilitas.
“Kita tidak bicara proyek, tapi dampak. Jika kita fasilitasi pemuda, maka mereka akan memperkuat fondasi daerah,” ucapnya.
S1F juga menyinggung perlunya sinergi antara mahasiswa, komunitas lokal, dan lembaga pemerintah dalam menciptakan gerakan-gerakan sosial yang terukur. Program seperti gerakan anti-sampah, pendampingan UMKM, hingga literasi digital menurutnya bisa menjadi titik awal kontribusi nyata generasi muda.
Kehadiran berbagai organisasi seperti HMI, STAIS Siti Khadijah, Borneo Batara Fishing, Pemuda Katolik, hingga komunitas-komunitas hobi menambah warna dalam dialog malam itu. Bagi S1F, ini bukan sekadar kampanye, tapi cara memahami denyut aspirasi pemuda secara langsung.